BAB I
PENDAHULUAN
I.1
LATAR BELAKANG
Salah
satu proses penting dalam
radiografi adalah prosedur pengolahan yang mengubah
gambaran laten yang diciptakan oleh x-ray menjadi gambar radiografi.Prosedur
ini memerlukan bantuan dari cairan kimia
fotografi. Bidang teknologi radiologi terus
berkembang menjadi
lebih otomatis
dan mekanis untuk menyeimbangkan
pekerjaan dengan tingkat beban kerja yang terus meningkat diklinik
atau instalasi radiologi . Selama
jumlah hasil rontgen yang diproduksi setiap
hari meningkat, metode pengolahan film-film ini lebih cepat menjadi sebuah
kebutuhan. Akibatnya, prosesor otomatis telah berkembang dari proses manual dan
sekarang digunakan banyak rumah sakit.
Proses
pengolahan otomatis menyediakan
sarana pengolahan kualitas
film secara lebih tepat waktu.
Peralatan tersebut sangat kompleks dan proses ini jauh lebih bersih. Waktu
pemrosesan bervariasi dari mesin ke mesin, berkisar dari 90detik ke sembilan
menit. Sebagai perbandingan, proses manual membutuhkan waktu sekitar 1 sampai
1-1/2 jam untuk sebuah film benar-benar kering.
Beberapa
perusahaan produsen prosesing otomatis dan mereka semua beroperasi pada prinsip
dasar yang sama.Tetapi terdapat sedikit variasi antara produk dari
produsen yang berbeda,
Produsen akan memberikan data
spesifik pada
jenis yang digunakan dalam fasilitas medis. Proses otomatis menggunakan prinsip
yang sama seperti prosessing manual dengan perubahan dalam larutan dan suhu
untuk memberikan waktu proses lebih
cepat. Prosesor otomatis terdiri dari sistem dasar - sistem transportasi,
sistem sirkulasi dan filtrasi, sistem pengisian,sistem pengubah, dan sistem
pengering. Sistem dasar ini ditemukan di semua prosesing. Oleh karena itu,
dengan mempelajari bagaimana cara kerjanya, kita akan memahami pengoperasian
semuanya dan memiliki pengalaman tentang kerusakan untuk menyesuaikannya.
Sistem yang akan dibahas secara terpisahsehingga peran setiap sistem dalam
siklus pengolahan dapat divisualisasikan.
I.2
RUMUSAN MASALAH
1)
Jelaskan pengertian pengolahan film secara otomatis ?2) Alasan digunakannya Automatic Processing
3) Tahapan pengolahan film secara otomatis
4) Sistem transportasi film
I.3
TUJUAN PENULISAN
1)
Mengetahui pengertian dari
pengolahan film secara otomatis 2) Mengetahui perlunya digunakan automatic processing
3) Mengetahui bagaimana tahap dari automatic processing
4) Mengetahui system transportasi Film
I.4 MANFAAT PENULISAN
Agar pembaca dapat mengetahui
Tentang Pengolahan Film secara otomatis
BAB II
II.1 Pengertian Pengolahan Film
Secara Otomatis
Dalam
dunia radiografi, pengolahan film yang dilakukan tidak hanya dengan cara
manual, tetapi ada pengolahan film dengan cara lain yaitu pengolahan film
secara otomatis (automatic processing). Automatic processing mempunyai pengertian
pengolahan film yang dilajukan secara otomatis dengan menggunakan mesin
pengolahan film untuk melakukan pekerjaan pengolahan film yang biasanya
dilakukan oleh manusia.
Dalam
automatic processing, semua telah diatur oleh mesin mulai film masuk ke
developer, ke fixer hingga film keluar dari mesin dalam keadaan kering.
Automatic processing dikenal juga dengan istilah dry to dry yang artinya film
masuk dalam keadaan kering dan keluar juga dalam keadaan kering, tidak seperti
pada pengolahan film secara manual dimana film masih harus dikeringkan beberapa
saaat sebelum akhirnya kering.
II.2 Alasan Digunakannya Automatic
Processing
Automatic
processing saat ini banyak digunakan hampir di setiap rumah sakit. Hal ini
disebabkan karena alasan-alasan di bawah ini :

Karena
pengolahan film dilakukan oleh mesin maka total waktu yang dibutuhkan hingga
film selesai dip roses membutuhkan waktu yang cukup singkat. Pada beberapa
mesin prosesing, total waktu pengolahan film bervariasi mulai dari yang paling
lama 120 detik hingga yang paling cepat 90 detik.

Cairan
yang digunakan untuk mengolah film, semua berada di dalam mesin, sehingga tidak
akan terjadi tetesan air di kamar gelap seperti halnya pada pengolahan film
secara manual. Selain itu pekerjaan pengolahan film ini menjadi praktis, karena
tidak lagi diperlukan hanger untuk menjepit film sebagaimana pada manual, sebab
mesin automatic processing memiliki roller yang salah satu fungsinya adalah
menjepit film selama prosesing berlangsung.

Karena
mesin yang melakukan pengolahan, maka waktu pengolahan film telah diatur berapa
lamanya oleh mesin ini. Pada pengolahan film secara manual waktu untuk
pengolahan film untuk setiap orang yang mengerjakannya bisa berbeda satu sama
lain, hal ini dikarenakan pendapat tiap orang berbeda dalam menentukan apakah
gambaran yang dihasilkan sudah cukup baik atau tidak mengingat dalam pengolahan
manual film yang sedang dip roses di developer bisa dilihat di bawah safelight.


III.3 Tahapan Pengolahan Film
Secara Otomatis
Prinsip yang digunakan pada
pengolahan film secara otomatis sebenarnya sama dengan pengolahan film secara
manual. Namun pada pengolahan film secara otomatis tidak terdapat tahapan
rinsing. Hal ini dikarenakan tahapan rinsing telah digantikan oleh roller yang
berada di dalam mesin automatic processing. Tahapan-tahapan yang ada pada
automatic processing adalah Developing, Fixing, Washing dan Drying.
Semua tahapan di atas sama
dengan manual seperti bagaimana proses di developer, fixer hingga masuk ke
dryer. Perbedaannya hanya pada proses ini cairan yang digunakan untuk developer
dan fixer tidak boleh yang berjenis powder.
Developer
dan fixer untuk pengolahan film secara otomatis hanya boleh dari jenis liquid.
Hal ini disebabkan pada developer dan fixer dari jenis powder masih ada
beberapa Kristal dari developer dan fixer yang tidak larut dalam cairan
sehingga jika digunakan pada mesin automatic processing, kristal ini dapat
menempel pada roller yang kemudian akan berakibat tergoresnya film saat roller
menjepit film.
III.4 Sistem Transportasi Film
Jika membahas mengenai
pengolahan film secara otomatis, maka sudah pasti dibahas mengenai system
transportasi film karena bagian-bagian lain sama dengan pengolahan film secara
manual dan sudah pernah dibahas pada bab sebelumnya. Sistem transportasi film
pada pengolahan film secara otomatis meliputi system film masuk (feeding
system) dan system roller.

- Sistem Film Masuk (Feeding System)
Sistem
film masuk meruapakan system yang bekerja saat film mulai masuk ke dalam mesin
automatic processing. Sistem film masuk ini terdiri dari dua jenis yaitu manual
dan otomatis. Berikut dari masing-masing system tersebut :

Untuk yang
manual, system film masuknya (feeding system) menggunakan microswitch yang
diletakkan diatas roller pada tempat masuknya film (feed tray). Cara kerjanya
adalah film yang dimasukkan melewati feed tray akan menekan roller ke atas.
Tekanan ini akan mengaktifkan microswitch. Bila microswitch aktif, maka semua
mekanik dari mesin prosesing akan bergerak, termasuk system roller dan
replenisher.

Untuk
yang otomatis, system film masuknya (feeding system) menggunakan detector
infrared yang diletakkan pada tempat masuknya film (feed tray).Cara kerjanya
adalah film yang dimasukkan melewati feed tray akan memutus hubungan infrared.
Pemutusan hubungan infrared ini akan mengaktifkan semua mekanik dari mesin
processing yang meyebabkan mesin akan bergerak, termasuk system roller dan
replenisher.
Sistem Roller
Roller
adalah silinder yang akan mentransportasikan film di dalam mesin prosesing.
Roller terbuat dari bahan yang tidak korosif atau tidak bereaksi terhadap
cairan prosesing seperti developer dan fixer. Bahan yang biasa digunakan adalah
nylon, atau stainless steel yang dibungkus dengan rasin-epoxy. Sistem roler
transportasi terdiri dari, penggerak utama, dan sejumlah roller penggerak film
pada tangki cairan :
a.
Ketika film ini ditempatkan di baki dua
roler menarik film tersebut ke dalam mesin. Sebuah tombol mikro biasanya
digunakan sebagai alat pengaman untuk memperingatkan operator ketika lebih
dari satu film ditempatkan dalam mesinpada saat yang sama. Juga, saklar mikro
akan aktif ketika sistem sedang beroperasi.
b.
Film ini bergerak sirkuler melalui jalurnya dan vertikal ke bawah masuk kedalam
cairan developer melalui serangkaian roler menyusun mengitarisusunan roler lalu
bergerak vertikal ke atas, melewati rol yang lain. Bergerak dengan cara yang sama melalui bahan kimia.
c.
Roler bergerak melewati rangkaian roler
melalui poros penggerak utamadijalankan oleh motor penggerak. Melalui
serangkaian roda gigi, gir, gerak mekanik yang diberikan kepada rol dari
penggerak utama.
Pada
pembahasan mengenai roller ini, pembahasan akan terbagi menjadi dua yaitu fungsi
roller dan susunan roller.
1)
Fungsi
Roller
Roller
dalam pengolahan film secara otomatis mempunyai fungsi sebagai berikut :
· Menggerakkan film dengan
kecepatan sama pada setiap kompartemen.
Film yang masuk
ke dalam mesin prosesing, akan ditransportasikan dan digerakkan oleh roller
ini. Roller ini akan menjepit film di kedua sisinya, kemudian bergerak dengan
kecepatan yang sama, sehingga film akan terbawa. Film ini bergerak dengan
kecepatan yang sama pada setiap kompartemen (ruangan), maksudnya di ruangan developing,
fixing, dan washing.
·
Untuk
memeras film yang membawa cairan prosesing.
Saat film masuk
ke developer, maka film akan membawa cairan ini pada tahap berikutnya.
Pada system
manual, sebelum masuk ke dalam fixer, film akan masuk ke rinsing terlebih dahulu
untuk proses pembilasan. Pada system otomatis peran rinsing digantikan dengan
roller. Saat membawa film dengan cara menjepit dan menggerakkannya, maka dengan
sendirinya film akan diperas oleh roller. Itulah mengapa pada system pengolahan
film otomatis tidak memerlukan rinsing.
·
Memberi
kontribusi terhadap agitasi cairan.
Agitasi yang
biasa dilakukan pada system pengolahan film manual dilakukan oleh manusia, pada
system pengolahan film secara otomatis dilakukan oleh roller. Dengan pergerakan
roller maka secara otomatis akan menggetarkan film itu sendiri. Ini berarti
telah terjadi agitasi.
2)
Susunan
Roller
Roller yang
digunakan pada mesin automatic processing, disusun sedemikian rupa sehingga
film yang berada di dalam mesin akan terjepit sempurna saat melewati
kompartemen yang berisi cairan prosesing. Susunan roller yang berada di dalam
mesin automatic processing terbagi menjadi dua yaitu :
·
Roller yang disusun berhadapan
Pada jarak
tertentu terdapat dua roller yang disusun berhadapan. Dengan susunan seperti
ini roller bisa menjepit film secara sempurna, sehingga tidak terjadi kemacetan
transportasi film (film jamming) di dalam mesin. Pada susunan ini jumlah roller
yang dibutuhkan lebih banyak dibandingkan dengan susunan lain.
·
Roller yang disusun secara zig-zag
Pada susunan ini,
roller disusun secara zig-zag, artinya jika pada sebelah kanan terdapat roller,
maka roller berikutnya ada dibagian bawah di sebelah kiri jadi tidak berhadapan
seperti pada susunan di atas.
Pada susunan
roller seperti ini, masih ada kemungkinan film mengalami kemacetan pada
transportasi (film jamming). Susunan seperti ini membutuhkan lebih sedikit
roller dibandingkan dengan susunan di atas.
Pada ujung atas dan bawah susunan
roller, baik pada susunan roller yang saling berhadapan maupun susunan roller
secara zig-zag, terdapat bagian yang disebut dengan guide plate. Guide plate
adalah semacam lempengan yang terbuat dari logam anti korosif biasanya terbuat
dari stainless steel, yang berfungsi untuk mengarahkan film menuju roller yang
berada pada kompartemen berikutnya. Dengan adanya guide plate ini, film tidak
akan kehilangan arah sehingga akan masuk ke kompartemen berikutnya secara tepat
melalui transportasi roller.
III.5 Pengoperasian
Automatic Processing
- a) Awal Pengoperasian
1.
Buka kran
air pembilas dan
katup tangki pengisian.
2.
Hidupkan semua
saklar.
3.
Biarkan 15
menit untuk pemanasan
cairan.
4.
Buka penutup
prosesing. Putar
roda gigi dan bersihkan
rol denganspons
basah atau kain. Lap rol
stainless steel dan pelat developer. Hal ini
harus dilakukan setiap kali telah mesin dioperasikan cukup lamauntuk bahan
kimia yang mengering pada roller.
5.
Periksa permukaan
dalam tangki prosesing dan tangki pengisian.Periksa
aliran air pembersih
6.
Periksa filer
air
7.
Masukkan film
kedalam prosesing dan sesuaikan ukuran
aliran untuk tingkat pengisian
yang benar.
8.
Pasang kembali
penutup prosesing lalu periksa rangkaian rolpengering.
9.
Pastikan
semua penutup dan panel di
tempatnya.
10. Jalankan
film pembersih untuk
membersihkan roler, yang terendacairan.
Jangan menggunakan kain
pembersih.
11. Pastikan
developer dan air pembersih telah stabil pada suhu yang tepat
- b) Feeding Film
1.
Tempat film
di tray
input prosesing
dan dorong sampai rolermenariknya.
(Lihat rekomendasi pabrik untuk petunjuk lengkapnya.)
2.
Ketika indikator
bunyi berbunyi, tandanya
prosesing siap diisidengan film lain
c) Selama Operasi.
1.
Lihat
pengisian dan aliran air sesekali.
2.
Lihat air
pembersih dan termometer developer sesekali.
d)
Menghentikan
1.
Matikan semua switch.
2.
Buka cover
dan bersihkan dengan spons basah
atau kain. Gunakanalas bukan logam
untuk kotoran membandel dan bahan kimia.
3.
Bersihkan
rol stainless stell dan periksa
bahwa putaran roller bebasdari noda dan kemudian pasang penutupnya.
4.
Bersihkan roller
pengering.
5.
Siram bak
di bawah tangki cairan
6.
Lap zat
kimia yang menempel
pada processing.
7.
Matikan air
pembersih.
8.
Untuk mencegah
berkarat, biarkan tutup pengering
dan prosesing terbuka
sedikit ketika mesin tidak berjalan.
- e) Posisi diam
1.
Untuk mengatasi
pekerjaan darurat pada malam
hari atau selama masa-masa
sepi lainnya, biarkan hanya tombol pemanas dan pengering tetap menyala..
Kemudian, ketika switch lain diaktifkan,mesin siap untuk memproses.
2.
Juga
biarkan katup terbuka pada saat air pembilas dingin mengisiuntuk penggantian air yang panasnva.
3.
Untuk menghemat
waktu, putar switch lainnya sebelum
memprosesfilm.
- f) Melepaskan Film Tersumbat.
(1) Lembar film.
(a)
Biarkan prosesing tetap menyala (b) Buka penutup prosesing di depan tumpukan film.
(c) Lepaskan film pada titik itu untuk menghindari lagi film yangmenumpuk. Masukan film ke dalam tangki berisi air untuk mencegah film saling menempel.
(d) Atasi film tersumbat. Matikan sirkulasi, jika susunan roler telah dipindahkan.
(e) Lepaskan film di dalam susunan roler yang dekat dengan titik sumbatan.
(f) Menentukan penyebab sumbatan dan memperbaiki sumbatan.
(2) Roll film.
(a) Matikan prosesing(b) Potong film.
(c) Bersihkan film dari rangkaian roler
- g) Ukuran waktu pemrosesan
(a) Jumlah waktu
yang dibutuhkan fil melewati proses
pencucian denganrentang waktu
antara45-210second
(b) Jenis film,
temperature dan ukuran replenishmen menentukan waktupemrosesan.
Table ukuran
waktu pemrosesan pada tiap cairan danpengering:
WAKTU
PEMROSESAN
|
|
DEVELOPER
|
20-25
secs
|
FIXER
|
20
secs
|
WASH
|
20
secs
|
DRYER
|
25-30
secs
|
III.6
PEMELIHARAAN AUTOMATIC PROCESSING
Jadwal
perawatan prosesing dapat
dilakukan secara teratur dalam urutan
perawatan dan
mencegah kerusakan . lihat catatan
pemeliharaan dan
perawatanpada
manual operator. Ikuti pemeliharaan
yang telah di tentukan. Mengingat bahwa
pemeliharaan sangat penting.

1.
Sebelum prosesing automatic
dinyalakan:














2.
Prosesing automatic dinyalakan :








3.
Operasional normal prosesing
automatic



4.
Prosesing otomatis dimatikan :






-
Ikuti
aturan perawatan pabrik.
-
Cek suhu
cairan, untuk developer.
-
Bandingkan dengan beberapa aturan
di instalasi dan recommendasi pabrik
Sesuaikan bila diperlukan
-
Periksa
kecepatan tangki pengisian replenishmen, Sesuaikan bila diperlukan
-
Buka dan
bersihkan semua rangkaian dalam
roler dan tangki cairan
dengan air panas..
-
Periksa
untuk fungsi yang benar
pada semua prosesing automatik, bisa digunakan apa tidak
-
Periksa
batang penggerak utama roler dan
rangkaian penggerak
-
Cek system
pengering film
-
Cek filter
air.
-
Servis pada ahlinya untuk
pemeliharaan yang di recommendasikan daripabrik.
-
Laporkan
semua kerusakan

-
Ikuti aturan perawatan pabrik.
-
Periksa semua rangkaian dan komponen penggerak roler.
-
Periksa system kelistrikan.
-
Periksa system pemanas cairan
-
Bersihkan filter air.
-
Bersihkan tangki replenishmen dan
siram selangnya.
-
Buang sisa bahan kimia dalam tangki replenishmen.
-
Bersihkan sub komponen alat
pengolah seperti roller transport system,bak larutan kimia pompa-pompa larutan
repenishmen, air dll dari kerak atau kemacetan system penggerak, atau
tergantung beban kerja alat.
-
Keringkan semua tangki cairan
developer dan fixer, bersihkan dan isi kembali dengan cairan yang baru.
-
Untuk alternatif pemeriksaan
cairan, bila dibutuhkan untuk diganti
maka gantilah sesuaikan dengan beban
kerja prosesing.
-
Servis pada ahlinya untuk
pemeliharaan yang di recommendasikan dari pabrik bila dirasa perlu.
-
Laporkan semua kerusakan

-
Servis prosesing automatik kepada
unit servis yang ditentukan olehpenyedia alat.

-
Jika ada hal-hal yang perlu di
catat untuk semua prosedur qualitycontrol, perawatan dan perbaikan dapat lolos.
-
Catat semua bagian pembelian
-
Catat semua pengeluaran
-
Periksa secara berkala ,
perbaikan, biaya-biaya dan kualitas untuk citraradiografi.2. Dengan pemeriksaan dan prosesing digunakan
dengan benar maka akan:
-
Sedikit gangguan
-
Sedikit penurunan waktu
-
Menekan biaya perawatan Lebih
efisien dan Pekerjaan yang lebih puas
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengolahan film secara otomatis
yaitu pengolahan film yang dilakukan secara otomatis dengan menggunakan mesin
pengolahan film untuk melakukan pekerjaan pengolahan film yang biasanya
dilakukan oleh manusia.
Pengolahan
film secara otomatis juga dikenal dengan dry to dry. Pada pengolahan film
secara otomatis tidak terdapat tahapan rinsing, karena rinsing telah digantikan
oleh roller yang berada di dalam mesin automatic processing. Sistem
transportasi film pada pengolahan film secara otomatis meliputi film masuk
(feeding system) dan system roller, dan pengolahan film secara otomatis lebih
singkat dari pada pengolahan film secara manual.
SARAN
Walaupun
pengolahan film secara otomatis lebih cepat dibandingkan dengan pengolahan film
secara manual, namun kita harus tetap berhati-hati dalam melakukan pencucian
dan perlu adanya ketelitian pada saat melakukan pencucian, agar supaya hasil
pencucian dapat memuaskan.
Daftar Pustaka :
Ball, J and
Price, T., Chesney’s Radiographic Imaging, Blackwell Scientific Publications,
London (1990)
Jacobi, C. and
Paris, D., Textbook of Radiographic
Technology, The C.V Mosby Company (1997)
Jenkins, D.,
Radiographic Photography and Imaging Processes, Aspen Publisher, Inc.,
Rockville, Maryland (1980)
G. J. van der
Plaats, Medical X-ray Technique : principles and application, Thomas, Michigan
University, 1965
sumber : http://id.scribd.com/doc/97423351/Makalah-Automatic-Film-Processing-2
0 komentar:
Posting Komentar